Pendidikan hukum melalui film

Dewasa ini semua orang mengetahui bahwa film sebagai media yang dapat menyampaikan pesan-pesan secara efektif dan mampu mempengaruhi perilaku seseorang. Film adalah sebuah alat untuk bercerita, sebuah media untuk berekspresi. Seperti halnya membaca buku dan mendengarkan musik, film adalah karya seni yang dapat memberikan sebuah pengalaman bagi yang menikmatinya. Film merupakan suatu kemasan cerita yang memiliki tujuan yang jelas untuk memberikan suatu tontonan berdasarkan realitas kehidupan masyarakat. Dunia hukum sangat menjadi sorotan dalam hal apapun. Dan khususnya profesi Pengacara merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kasus hukum. Polemik yang sering terjadi ini membuat banyak film mengenai dunia pengacara diluncurkan. Dari Film bisa menjadi media yang berpengaruh baik itu negatif ataupun positif. Ada banyak film yang menyuguhkan peliknya dunia hukum khususnya profesi pengacara. Film yang bercerita tentang kasus hukum dan keadilan, mulai dari adanya kejahatan, penyidikan oleh polisi, dibela pengacara atau kuasa hukum, dituntun oleh jaksa, disidang di pengadilan, hingga di vonis oleh hakim. Kasusnya juga bermacam-macam mulai dari misteri pembunuhan, pemerkosaan wanita sampai kasus masyarakat melawan perusahaan besar. Ada perdebatan sengit di ruang sidang sehingga para pihak seperti pengacara dan jaksa saling adu argumen hukum. Beberapa film juga punya ending twist yang mengejutkan. Berikut adalah daftar film seputar hukum yang wajib ditonton oleh para praktisi hukum Indonesia
  • Law Abiding Citizen (2009) 
Seorang pria yang frustasi memutuskan untuk main hakim sendiri setelah pembelaan di persidangan menetapkan salah satu pembunuh keluarganya melenggang bebas. Dia menargetkan tidak hanya pembunuh tetapi juga jaksa dan lain-lain yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.
  • 12 Angry Men (1957) 

Seorang anak kecil didakwa akibat menikam ayahnya dengan pisau hingga mati. Semua saksi dan bukti telah dihadirkan. Para juri ditunjuk untuk memberikan keputusan yang bersifat mutlak terhadap anak kecil tersebut. Setelah juri pengganti dipersilakan untuk keluar, maka tersisa 12 juri yang akan memberikan keputusan, apakah dia bersalah atau tidak. Jika bersalah, maka nasib anak itu akan berakhir di kursi listrik. Ke 12 juri dipersilakan untuk istirahat selama di ruang juri untuk memikirkan dengan matang keputusan yang akan diberikan. Juri-juri tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pemilik jasa pengiriman pesan, agensi periklanan, hingga dokter. Dengan dipimpin oleh Foreman (Martin Balsam), penjurian dimulai dengan sistem voting. 11 juri menyatakan bersalah dan tersisa satu orang saja yang belum memberikan keputusannya.
  • A Few Good Men (1992) 
Kisah dimulai dengan terbunuhnya salah seorang anggota U.S. Marines, Pfc. William T. Santiago (Michael DiLorenzo) akibat hukuman, yang diistilahkan dengan Code Red, yang dilakukan oleh dua orang rekannya. Dengan terancam hukuman seumur hidup dan dikeluarkan secara tidak hormat dari kesatuan, ditunjuklah seorang pengacara militer bernama Lt. Daniel Kaffee (Cruise) untuk membela kedua marinir tersebut. Didampingi Lt. Cdr. JoAnne Galloway (Moore) yang idealis dan Lt. Sam Weinberg (Pollak) yang cerdas, Kaffee berusaha menemukan kebenaran dibalik kematian Santiago yang kemungkinan melibatkan Col. Nathan R. Jessep (Nicholson). Di saat kebenaran sedikit lagi terungkap, Kaffee menyadari bahwa menghadapi kenyataan tidak semudah menemukannya.
  • To Kill a Mockingbird (1962) 
“To Kill a Mockingbird” bercerita tentang seorang gadis 10 tahun yang menjadi saksi akan ketidakadilan di kampung halamannya, Maycomb (kota fiksi), Alabama. Gadis tersebut bernama Scout Finch (Mary Badham), tinggal bersama ayahnya, Atticus (Gregory Peck) dan kakak laki-lakinya, Jem (Phillip Alford) di era 30-an. Atticus adalah seorang pengacara, tampan, berhati lembut, dan seorang ayah yang penyayang. Suatu ketika, Atticus menjadi pembela bagi Tom Robinson (Brock Peters), seorang pria kulit hitam yang dituduh memerkosa wanita kulit putih. Scout, Jem, dan teman baiknya, Dill (John Megna), seringkali mengendap-endap masuk persidangan tanpa mengerti apa yang dilihatnya. (129 mins.)

Sebuah film yang baik memiliki makna dan pesan moral yang disampaikan dengan cara yang baik, sederhana, dan sekreatif mungkin. Dengan cara tersebut, penonton diharapkan mampu memaknai film yang ditontonnya dan mengambil pesan moral untuk dapat dijadikan contoh dan motivasi bagi kehidupan mereka. Pengemasan film pun terkadang menjadi perhatian bagi masyarakat. Film yang dikemas dengan baik, menarik, dan kreatif, tentunya memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat yang menontonnya. Melalui pengemasan film yang apik, unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah film akan terasa lebih hidup, sehingga masyarakat, khususnya praktisi hukum, dalam hal ini lebih mudah untuk memahami unsur-unsur tersebut dengan baik. Melalui film, masyarakat, khususnya siswa, dapat mengambil pelajaran, pendidikan, serta memahami nilai nilai filosofis hukum dan menaatinya dalam kehidupan bernegara.



Comments

Popular posts from this blog

Bahaya laten cepu!

Ganja dan Indonesia

Di tengah budaya dan hukum Arab Saudi yang patriarkis